Akhir-akhir ini saudara-saudari kita yang berada di NTB, Sulawesi Tengah, Sumatera Barat, Jawa Timur dan sekitarnya secara bergantian mengalami musibah bencana. Tentu hal ini menimbulkan keprihatinan kita bersama. Kita tidak bisa merasakan langsung penderitaan mereka. Namun hati kita tergetar melihat kondisi miris yang mereka alami melalui berita-berita.
Bagi anak-anak mungkin mereka belum terlalu peduli dengan fenomena di atas. Oleh karena itu, Lembaga Pendidikan Pesantren Terpadu (LPPT) Ulul Abshor Semarang segera membuat desain edukasi untuk mengajak para santri ikut merasakan apa yang terjadi di sana. Kegiatan tersebut ialah Mukhoyyam atau biasa dikenal dengan Kemah. Mukhoyyam santri Ulul Abshor dilaksanakan pada hari Sabtu s.d. Minggu , 13-14 Oktober 2018 bertempat di lapangan LPPT Ulul Abshor. Mukhoyyam ini adalah mukhoyyam pertama di semester ini yang diikuti oleh para santri putri dari kelas 1 SD s.d. MAK. Kegiatan ini memang masih sederhana, akan tetapi makna yang ingin ditumbuhkan di sana benar-benar tersampaikan melalui beberapa acara. Mulai Sabtu siang, para santri sudah sibuk menyiapkan perlengkapan memasak, termasuk tungku dari susunan batu bata. Setelah itu, dengan didampingi para guru, mereka mulai belajar memasak. Dengan kegiatan ini mereka belajar mandiri.
Di bawah kepungan asap tebal masakan dan kesibukan para santri, terlihat para Guru ikhwan juga sibuk membantu mendirikan tenda-tenda untuk bermalam. Upahnya sederhana, para Guru dapat hidangan makan siang hasil masakan para santri. Sebuah kebersamaan yang dapat menjadi gambaran kehidupan bermasyarakat bagi para santri di masa depan.
Kegiatan di siang itu, di samping memasak juga ada pembagian hadiah. Di awali dengan beberapa kuis dan permainan, para pemenang mendapatkan hadiah dari Guru pembimbing.
Puncak kegiatan mukhoyyam ini ialah tidur dan bermalam di luar ruangan. Para santri yang biasanya mungkin bisa tidur nyenyak di rumah bersama keluarga, dengan kegiatan muqoyyam ini mereka bisa merasakan langsung dinginnya udara malam. Mereka tidur hanya beratapkan tenda sederhana dan beralaskan tikar. Namun itu belum seberapa jika dibandingkan dengan penderitaan yang dialami oleh saudara-saudari mereka yang sedang dirundung bencana. Tentunya mereka harus masih bersyukur dengan kondisi yang jauh lebih baik. Itulah yang disampaikan oleh Guru pembimbing dalam pesan-pesan menjelang tidur melalui pemutaran video.